Peningkatan Pemahaman Konseptual Matematika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Survey, Quetsion, Read, Recite, Review (SQ3R) Siswa Kelaas X IPA MAN 2 Kota Bengkulu
ARTIKEL
SUSI AFRIYENI
A2C014118
PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016
PENDAHULUAN
Latar
Belakang masalah
Matematika
merupakan salah satu cabang ilmu yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran
karena tingkat kesulitan dalam pemahamannya. Pemahaman konseptual dalam
menyelesaikan masalah matematika yang masih rendah dialami oleh siswa Menurut
Dahar 1989 (dalam Mulyati Psokologi Pembelajaran 2005: 55), perlehan konsep
oleh siswa ada 2 yaitu konsep kongret dan konsep yang diperoleh selama dan
sesudah sekolah. Pembelajaran yang menyenangkan dapat membuat siswa memusatkan
perhatiannya secara penuh pada belajarnya, sehingga dapat menghasilkan apa yang
harus dikuasai oleh para siswa untuk mencapai keberhasilan belajar. Untuk itu
diperlukannya model pembelajaran inovatif
dan pendekatannya yang dapat diterapkan dalam pembelajaran dalam kelas.
Model pembelajaran yang inovatif itu salah satunya adalah model pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, Review
(SQ3R). Adapun rumusan masalah dalam penelitan tindakan kelas ini adalah “
Bagaimana cara meningkatkan pemahaman konseptual matematika melalui penerapan model pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R) di MAN 2 Kota
Bengkulu ? “
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konseptual matematika
melalui pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R) di MAN 2 Kota Bengkulu.
Model Pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R) adalah stategi membaca yang dapat
mengembangkan meta kognitif siswa yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca
bahan pelajaran secara seksama-cermat. Pemahaman
Konseptual Matematika adalah pemahaman konsep yang mampu membaca situasi
matematika dengan cara yang berbeda dan mengetahui representasi untuk tujuan
yang berbeda pula, pada siswa tingkat pemahaman konseptual ini terkait dengan
bagaimana kemampuan siswa dalam mengaitkan hubungan anatar konsep yang baru
diterimanya dengan konsep yang sudah ada sehingga terbentuklah konsep
matematika yang saling melengkapi. John
W. Santrock (dalam Zack & tversky, 2001) mengungkapkan bahwa konsep adalah
kategori yang mengelompokkan objek, kejadian dan karakteristik berdasarkan
properti umum. Sedangkan Hahn (dalam
John W 2004) konsep adalah elemen dari
kognisi yang membantu menyederhanakan dan meringkas informasi. Adapun menurut
Oemar Hamalik ( 2002 : 162) suatu konsep adalah merupakan kategori stimuli yang
memiliki ciri-ciri umum, stimuli disini adalah objek-objek yang dibicarakan. Flavell dalam ( Ratna Willis Dahar, 2002 : 62)
menyatakan bahwa konsep-konsep dapat dibedakan menjadi 7 dimensi, yaitu : Atribut,
Struktur, Keabstrakan, Keinklusifan,Generalitas,Ketepatan dan Kekuatan. Menurut
Bell (Elfa Yuleni, 2014 : 14)
menjelaskan konsep dapat diartikan sebagai suatu ide abstrak tentang
suatu objek atau kejadian yang dibentuk dengan memandang sifat-sifat yang sama
dari sekumpulan objek, sehingga orang dapat mengelompokkan atau
mengklasifikasikan objek. Menurut Soedjadi (1991 dalam Ratna Willis 2006) konsep adalah ide abstrak yang dapat
digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek, apakah
objek tertentu merupakan contoh konsep atau bukan contoh. Menurut Mulyati
(dalam Psikologi Belajar, 2005 : 54) Dalam proses belajar konsep ,
konsep-konsep yang digunakan adalah konsep-konsep yang memiliki nilai spesifik,
konsep konjungtif dan disjungtif konsep.
Model
pembelajaran Survey,Question, Read, Recite, Review (SQ3R) merupakan pembelajaran
yang dapat dikembangkan meta kognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa
untuk membaca bahan ajar secara seksama dan cermat. Menurut Ngalimun (2012 ;
171) adapun sintaks model pembelajaran Survey,Question,
Read, Recite, Review (SQ3R) adalah:
1.
Survey
, yaitu siswa mencermati buku pelajaran yang sesuai dengan materi dan menandai
yang merupakan konsep penting materi tersebut.
2.
Question,
yaitu siswa dapat membuat pertanyaan (mengapa-bagaimana-darimana) tentang
materi pelajaran yang dubacanya.
3.
Read,
yaitu dengan membaca materi pelajaran dan cari jawaban yang dari permasalahan
yang ditemukan.
4.
Recite,
yaitu mempertimbangkan jawaban yang sudah didapat.
5.
Review,
yaitu dengan meninjau ulang kebenaran dari jawaban yang diperoleh.
Menurut
Hamzah B. Uno (dalam Belajar pendekatan PAILKEM 2011 : 116) karakteristik model
pembelajarn SQ3R adalah sebagai berikut : Siswa berperan aktif dalam
pembelajaran, Guru sebagai fasilitator dan mediator yang aktif, pembelajaran
dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil dan guru sebagai pembimbing, siswa
dihadapkan pada satu fenomena dan kemudian diminta untuk mensurvei hal-hal
pokok yang terdapat dalam fenomena yang
diahadapi, siswa menyelidiki makna yang terkandung dalam suatu fenomena atau
kejadian dengan berpedoman pada hal-hal pokok yang telah disurvei terlebih
dahulu..
Hasil
penelitian Isma Hasanal, 2010 menyimpulkan bahwa pemaahaman konsep yang
diajarkan dengan metode SQ3R lebih tinggi dibandingkan dengan pemahaman
konsep yang diajarkan dengan
pembelajaran konvensional sehingga dapat disimpulkan pembelajaran dengan SQ3R
mempengaruhi hasil belajar. Hasil penelitian Cahyo Heny Meiliani, 2015
menyimpulkan bahwa pada hasil belajar metode SQ3R menghasilkan prestasi belajar
siswa yang lebih baik dibandingkan dengan metode Role Playing maupun
pembeljaran konvensional. Nila Kusumawati 2008 menyimpulkan bahwa pemahaman
konsep merupakan kemahiran atau kecakapan matematika yang diharapkan dapat
tercapai dalam pembelajaran matematika yang diarahkan pada kemampuan koneksi
matematika antar berbagai konsep. Mimi Umayah. 2015 menyimpulkan bahwa adanya
peningkatan aktivitas belajar matematikasiswa yang terlihat dari skor hasil
belajar siswa yaitu 66,46 % menjadi 80,40 %. dimana siswa memberikan respon
positif terhadap metode pembelajaran SQ3R yang dapat dilihat dari jurnal respon
siswa pada saat belajar yaitu dari 61,12 % meningkat menjadi79,86 %. Sehingga
dapat disimpulkan pembelajaran dengan SQ3R dapat meningkatkan hasil belajar
siswa sesuai target yang ingin dicapai.
Jenis
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas ( Class Room Action Research) dengan
menggunakan 2 Siklus. Penelitian
tindakan kelas ini dilakukan di MAN 2 Kota Bengkulu yaitu siswa kelas X IPA 1 yang berjumlah 39 orang.
Penelitian
ini dilakukan di MAN 2 Kota Bengkulu yaitu di kelas XI IPA 1, dan penelitian
dilaksanakan pada saat semester 2 tahun
ajaran 2015-2016 yaitu pada tanggal 4 April 2016 sampai dengan 30 April 2016.
Proses
pelaksanaan penelitian merupakan suatu rangkaiana kegiatan dalam proses
pembelajaran yang berkelanjutan, yang artinya pembelajaran yang diikuti dengan
tindak lanjut. Tindak lanjut didalam
penelitian tindakan kelas ini termasuk dalam siklus. Sehingga siklus yang akan
dilakukan dalam penelitian ini sebanyak 2 siklus.
Ketuntasan
belajar siswa =
x 100 %
HASIL
PIPM DAN PEMBAHASAN PIPM
Sebelum
melaksanakan penelitian tindakan kelas oleh peneliti yang sekaligus guru
matematika di tempat penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R)
peneliti mengadakan tes awal terlebi dahulu mengenai pokok bahasan Statistika
kepada seluruh siswa kelas XI IPA-1 MAN 2 Kota Bengkulu yang berjumlah 39 orang
pada semester genap (dua) tahun pelajaran 2015-2016. Tes awal ini berbentuk
soal esay sebanyak 5 soal, yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
tentang Statistik. Pada tes awal ini siswa mendapatkan nilai tertinggi 60 dan yang paling rendah mendapatkan nilai
15.
Pada
siklus I ini, peneliti mengadakan proses pembelajaran dengan materi Statistik.
Pembelajaran ini dilakukan untuk 2 siklus yaitu siklus I yang diadakan pada
tangga 11 April 2016 dan 14 April 2016 sedangkan siklus ke II dilaksanakan pada
tanggal 18 April 2016 dan 25 April 2016. Siklus pertama yang dilakukan dengan 2
kali pertemuan, pertemuan 1 membahas tentang pengertian dan contoh dari statistika,
populasi, sampel, data kualitatif, data kuantitatif, datum serta mendata data
serta menyajikan data pada tabel distribusi frekuensi sedangkan pertemuan kedua
membahas bagaimana menyajikan data distribusi frekuensi ke dalam bentuk diagram
batang dan diagram garis. Pada siklus II juga terdiri dari 2 kali pertemuan,
pertemuan pertama membahas bagaimana mencari persentase dari setiap kelompok
sesuai soal atau permasalahannya yang dapat dituangkan dalam derajat untuk
diagram lingkaran. Sedangkan pertemuan kedua pada siklus ke II ini siswa
belajar membuat diagram lingkaran dan sebaliknya.
Pertemuan kedua ini merupakan
kelanjutan dari siklus I, pada siklus ini dilakukan pada hari kamis tanggal 14
April 2016. Guru sebagai peneliti seperti biasa masuk pada jam ke 1-2 yaitu
dari pukul 07.30 – 09.00 WIB, guru mengabsen siswa kemudian dilanjutkan dengan
membahas PR yang dianggap sulit oleh
siswa. Guru mengingatkan kembali tentang pelajaran sebelumnya, selanjutnya guru
melakukan proses pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran SQ3R.
Adapun yang dilakukan pada proses pembelajaran ini siswa masih tetap dimintak
mensurvey, menandai mana yang menjadi question, kemudian siswa diarahkan
membaca (read) kembali materi statistika terutama tentang bagimana membuat
diagram batang dan diagram garis dari tabel distribusi yang sudah dipahami dari
pertemuan sebelumnya. Kemudian siswa juga diharapkan dapat memberikan atau
memaparkan hasil dari diskusi tentang bagaimana membuat diagram garis dan
diagram batang di depan kelas serta siswa dapat menjelaskan serta memperbaiki
kesalahan yang dialaminya tahapan ini disebut recite. Sedangkan terakhir siswa
mengulangi lagi atau mereview semua permasalahan yang dihadapi dalam membuat
diagram batang dan diagram garis serta siswa diharapkan dapat membuat
kesimpulan dari membuat diagram tersebut.
Langkah terakhir dari pembelajaran
ini guru memberikan tes akhir yang digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa
dalam mengikuti pembelajaran matematika pada materi statistik yang telah dilaksanakan
pada siklus I. Tes akhir pada siklus I ini berupa soal essay, siswa dimintak
untuk membuat diagram batang. Pada tes akhir ini akan didapat nilai siswa yang
menunjukkan tingkat penguasaan siswa
terhadap materi Statistika yaitu nilai yang paling tinggi adalah 80 dan yang
paling rendah adalah 50. Tes akhir pada siklus I ini terlihat keberhasilan yang
dicapai oleh siswa adalah mencapai 80 %.
Pada
tahap siklus ke II ini peneliti menyiapkan semua kebutuhan yang dibutuhkan
dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran SQ3R. Persiapan ini sama
dengan persiapan yang dilakukan pada siklus I, seperti RPP, Instrumen Tes Awal
dan Tes Akhir, LAS, Jawaban LAS, Lembar pengamatan aktifitas siswa dan materi
Statistik. Peneliti (guru) merancang penelitian siklus II ini adalah sebagai
berikut :
1. Guru
memberikan lebih rinci penjelasan tujuan pembelajaran dan gambaran tentang
materi statistik, sehingga siswa dapat memahami dalam mengerjakan soal essay
yang disediakan.
2. Guru
menginformasikan tentang materi Staitistika kepada siswa dengan efektif
3. Guru
melakukan pendekatan kepada siswa dan kelompok yang sudah dibentuk secara
heterogen dalam memecahkan permasalahan kesulitan ketika menjawab soal
Statistik yang diberikan oleh guru.
4. Guru
lebih membimbing siswa dalam menyajikan hasil diskusi kerja
kelompoknya di depan kelas.
5. Guru
lebih membimbing siswa dalam menentukan kesimpulan dalam pembelajaran Statistik
yang sudah dipelajari.
6. Guru
mengatur waktu pembelajaran agar sesuai dengan materi sattistik yang akan disampaikan
Guru memberikan tes awal, guru masuk jam
pelajaran seperti biasa yaitu jam 07.30-09.00 WIB. Guru mengabsen siswa
kemudian guru mengekspolorasi tujuan dari pembelajran yang akan membahas
masalah bagaimana membuat diagram lingkaran dan menentukan jumlah siswa yang
menyukai kegiatan disuatu kelompok. Misalnya kelompok kelas X IPA-1 yang
menyukai pelajaran tertentu, disini siswa dimintak untuk menentukan banyak
siswa yang menyukai pelajaran tersebut dan membuat diagram lingkaran. Dalam
membuat diagram lingkaran ini siswa menentukan besar derajat sesuai banyak
siswa yang menyukai pelajaran. Guru juga membagi kelompok secara heterogen dan
kebetulan kelompok belajar yang dibentuk sesuai dengan kelompok belajar sesuai
siklus I.
Tes
akhir II ini dilakukan pada saat terakhir jam pelajaran siklus II. Dari tes
akhir ini didapat bahwa siswa yang mendapat nilai tertinggi yaitu 90 dan yang
paling rendah adalah 60. Sedangkan tingkat keberhasilan siswa telah mencapai 85
%. Masih terdapat 6 orang siswa yang
mengalami ketidaktuntasan dalam belajar yaitu mencapai 15 % (data lengkap pencapaian siswa ada pada
lampiran ).
Berdasarkan
hasil persentase ketercapaian siswa pada setiap indikator selalu mengalami
peningkatan. Seperti pada indikator ke-1 ketercapaian siswa adalah 79 % pada
siklus I dan meningkat menjadi 84 % pada siklus II. Pada indikator ke-2 ketercapaian siswa pada
siklus I adalah 74 % dan meningkat menjadi 83 % pada siklus II. Pada indikator ke-3 ketercapaian 76 % pada
siklus I dan menjadi 82 % pada siklus II, pada indikator ke-4 ketercapaian 75 %
siklus I menjadi 83 % siklus II, pada indikator ke-5 ketercapaian 79 % siklus I dan meningkat menjadi 50 % siklus
II.Dari hasil observasi itu sangat terlihat adanya peningkatan keaktifan siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil belajar siswa tiap tes, nilai rata-rata
siswa dari setiap tes mengalami peningkatan. Dari rata-rata nilai tes siklus I yang
diperoleh siswa mencapai 80 % dengan siswa yang mengalami ketuntasan sebanyak
31 orang. Artinya masih ada siswa yang
tidak mengalami ketuntasan dalam mengikuti tes pada silus I hal ini disebabkan
karena model yang diterapkan merupakan model yang baru dikenal oleh siswa.
Disini siswa selalu menerima konsep bukan menemukan suatu konsep pembelajaran,
sehingga model pembelajaran SQ3R merupakan hal yang sangat baru bagi siswa.
Pelaksanaan tes pada siklus II hasil belajar siswa sudah mengalami peningkatan
terutama terlihat dari rata-rata siswa mengalami peningkatan dari 80 % menjadi 85 % yaitu siswa pada siklus I hanya 31 orang yang mengalami tuntas dan pada siklus II
sudah mencapai 33 orang dari 39 orang jumlah siswa di kelas X IPA 1. Hal ini
disebabkan oleh respon positif siswa terhadap cara penyampaian pembelajaran
model SQ3R yang sudah dikenal oleh siswa pada siklus ke I sebelumnya, sehingga
dari perolehan nilai siswa X IPA 1 sudah dikategorikan tuntas. Berdasarkan
hasil tes menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa yang cukup berarti,
dilihat dari niali rata-rata siswa dan tercapainya ketuntasan belajar maka
dapat diartikan bahwa penerapan pembelajaran dengan menggunakan model Survey, Question, Read, Recite, Review
(SQ3R) dapat dikatakan meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil deskripsi data
hasil belajar siswa terlihat jelas bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa
pada siklus ke I dan pembelajaran pada siklus ke II, yaitu dilihat dari tes
akhir yang diikuti oleh siswa. Pada siklus I siswa yang mengalami tuntas
sebanyak 31 orang sedangkan pada siklus ke II siswa yang mengalami ketuntasan
meningkat menjadi 33 orang siswa dari 39 jumlah siswa kelas X IPA 1. Siswa yang
belum mengalami ketuntasan dalam belajar bisa meningkatkan minat belajar untuk
pembelajaran selanjutnya, karena nilai dari tes siswa yang dicapainya akan
digabungkan atau dicari rata-rata nya sehingga bisa saling menutupi kekurangan
nilai yang diperoleh siswa.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
Dalam
penelitian tindakan kelas di simpulkan bahwa
dengan menggunakan model pembelajarann Survey,
Questions, Read, Recite, Review (SQ3R) dapat meningkatkan mutu hasil
pembelajaran yang dihasilkan oleh siswa yaitu dengan adanya peningkatan hasil
belajar dan meningkatnya minat belajar siswa yang dapat dilihat dari
hasil observsi siswa yang meningkat dari setiap indikatornya.
Saran
Adapun
saran yang dapat diambil dari penelitian tindakan kelas ini adalah agar guru
mampu lebih profesional dalam menentukan model pembelajaran yang akan
diterapkan dalam pembelajaran dan guru harus lebih aktif dalam melibatkan siswa
dalam proses pembelajaran.
Komentar
Posting Komentar